Manusia dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya
pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong
penyakit batin, penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan
bangsa apapun.
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti
tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar,
cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat,bahwa ada
tiga macam kegelisahan yang menimpa manusia yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif
Kegelisahan
ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun,
Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan
ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi
Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah
disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata
dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina
menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas,
khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh
tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah
karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik
(Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa
terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh
tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan
oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang
pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu
hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan Moral
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena
rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya
dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai
hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang
salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang
dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka
melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami
kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di
tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab Kegelisahan
Faktor penyebab kegelisahan antara lain:
a.
Dari
Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1.
Cinta
Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya
merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam
mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan
dan rasa sakit.
2.
Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat
Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat
kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya,
dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul
dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
3.
Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam
keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang
spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan
dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali
hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
4.
Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah
satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang
takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang
sebab-sebabnya pada anak-anak.
Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu
akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah
yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5.
Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan
tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain,
sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya
keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya
kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
6.
Jiwa
yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang
dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk
mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan
kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh
pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini
akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b.
Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor
sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan
suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun
kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya.
Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan
mereka yang salah serta berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan
menyebabkan terjadinya kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer
penyakit tersebut dari satu orang kepada orang lain.
C.
Cara
Mengatasi
Kegelisahan
Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
a.
Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita
tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan
sebagainya.
b.
Kita
bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan
senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan
berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
c.
Berdoa
kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia
mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah
yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi
umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya
D. Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil.
Yang menyebabkan orang berada dalam
keterasingan itu ialah perilakunya yang tidak dapat
diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau
kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia
tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
E. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti
sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi
atau lengang. tidak berteman. Setiap orang pemah mengalami
kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia,
lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang
dan kasus penyebabnya.
Bila
kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan
antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai
akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan
sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari
keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
F. Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau
apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua
akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan
pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap
orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.
Sebab sebab ketidakpastian
1.
Obsesi
Obsesi
merupakan gejala neurosa jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita.
Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu
saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu
semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2.
Phobia
Phobia
adalah rasa ketakutan
yang tak terkendalikan atau tidak normal
terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Contoh : Orang yang takut terhadap tempat yang tinggi.
Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di puncak
ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3.
Kompulasi
Kompulasi
ialah adanya keraguan
yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang
tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang
kali.
Contoh : Keinginannya mengambil barang orang
(mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata
ingin membelinya.
4.
Histeria
Histeria ialah neurosa jiwa yang disebabkan
oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan
syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu
hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah
dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia
beteriak histeris.
5.
Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
a.
Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.
b.
Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
c.
Delusi
melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran
dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama
sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah
dialami..
6.
Halusinasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat
juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang
mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).
Contoh : Atang memang seorang peminum. Bila sedang
marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak
menentu.
7.
Keadaan
emosi
Dalam
keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai
keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing,
muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa
apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan
lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa
kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka
mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri.
Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar